MUARA JAWA, KUTAI KARTANEGARA- Percepatan pemulihan lingkungan menjadi isu yang didorong oleh pemerintah, termasuk upaya rehabilitasi dan konservasi mangrove. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyatakan upaya tersebut menjadi fokus pada presidensi G20 mendatang, FoLU Net Sink 2030, target Nationally Determined Carbon (NDC) 2030, dan Net Zero Emission 2060. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa pembangunan Indonesia dilakukan dengan prinsip keseimbangan pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan melalui pengurangan emisi gas rumah kaca.
Sejalan dengan pemerintah, CSR PT Pertamina (Persero) melalui Pertamina Foundation bersinergi dengan PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) bersama Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman meresmikan Hutan Pertamina Mahakam di areal Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan (PPKH) pada Kawasan Hutan Produksi Tetap di Delta Mahakam, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Senin (10/10).
Dalam acara peresmian, dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Pertamina Foundation dengan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove tentang Dukungan Pelaksanaan Percepatan Rehabilitasi Mangrove. MoU tersebut menekankan pada empat poin, antara lain pelaksanaan percepatan rehabilitasi mangrove, pemberdayaan masyarakat sekitar lokasi kegiatan rehabilitasi mangrove, penguatan kelembagaan masyarakat, dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
Selanjutnya, dilakukan penandatanganan prasasti dan seremoni penanaman bibit mangrove sebagai tanda diresmikannya Hutan Pertamina Mahakam yang dilakukan oleh Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove Hartono Prawiraatmadja, Asisten III Setkab Kutai Kartanegara Totok Heru Subroto, Kepala KPHP Delta Mahakam Syariful Ahyar, S.Hut., M.Si., Manager CSR & SMEPP PT Pertamina (Persero) Dian Hapsari Firasati, dan General Manager PT Pertamina Hulu Mahakam Krisna.
Turut hadir SVP HSSE PT Pertamina (Persero) Deddy Syam, VP HSSE Policy, Standard & Policy Management System PT Pertamina (Persero) Suripno, Dewan Pembina Pertamina Foundation Mulyono, Dewan Pengawas Pertamina Foundation Syahrial Mukhtar dan Ernie D. Ginting, Presiden Direktur Pertamina Foundation Agus Mashud S. Asngari, Direktur Operasi Pertamina Foundation Yulius S. Bulo, dan Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Prof. Dr. Rudianto Amirta, S.Hut., MP.
“Peresmian Hutan Pertamina Mahakam di areal PPKH PHM ini sejalan dengan keinginan Bapak Presiden Joko Widodo pada presidensi G20 mendatang untuk menunjukkan bahwa mangrove bisa direhabilitasi sehingga menunjukkan ada keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Untuk itu, upaya ini perlu keterlibatan dan pemberdayaan masyarakat sekitar yang menjadi kunci,” ujar Hartono
Rehabilitasi mangrove dalam kawasan Hutan Pertamina Mahakam ini akan dilakukan secara bertahap seluas 2.303,46 Ha dengan estimasi pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 120 ribu ton CO2 selama satu tahun.
“Hutan Pertamina ini menjadi komitmen Pertamina berkontribusi di dalam pengurangan emisi karbon sebesar 120 ribu ton CO2 ekuivalen/tahun. Tentunya hal ini sejalan dengan target pemerintah untuk Net Zero Emission di tahun 2060 atau lebih cepat,” ungkap Dian Hapsari.
Dalam Hutan Pertamina Mahakam, sinergi ini juga mencakup upaya konservasi keanekaragaman hayati di Mahakam, seperti hewan endemik Kalimantan, Bekantan, dan pengembangan energi terbarukan mendukung program Desa Energi Berdikari. Selain itu, untuk masyarakat sekitar juga akan dilakukan peningkatan infrastruktur energi bersih dan pengadaan air bersih guna menunjang pemberdayaan masyarakat.
“Tidak hanya konservasi mangrove, nantinya di sini akan dilakukan pemberdayaan masyarakat, seperti pengolahan produk olahan mangrove menjadi produk makanan dan minuman serta pengembangan desa wisata mangrove sehingga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat untuk peningkatan kualitas lingkungan hidup dan juga peningkatan ekonomi masyarakat dalam rangka mencapai kemandirian masyarakat,” tambah Dian Hapsari.General Manager PHM Krisna menyatakan bahwa implementasi Hutan Pertamina Mahakam mendukung komitmen Pertamina untuk menyediakan nature based solution sebagai upaya penanganan perubahan iklim dan mendorong pemberdayaan masyarakat
“Hutan Pertamina ini menjadi nature based solution sebagai upaya penanganan perubahan iklim, implementasi Environmental, Social, and Governance (ESG), upaya pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) serta kontribusi untuk mencegah suhu bumi melebihi batas 1.5 derajat celcius. Pemberdayaan masyarakat juga akan kami dorong seperti yang kami lakukan melalui program Wasteco”, ujar Krisna.
Meneruskan program Blue Carbon Initiative, peresmian ini menjadi yang kedua setelah Blora Project, Hutan Pertamina UGM. Selanjutnya akan ada Bontang Project, Lembata Project, dan Cenderawasih Kwatisore Project.
“Blue Carbon Initiative akan menjadi milestone bagi Pertamina untuk mewujudkan Pertamina Lestari lewat integrasi Hutan Pertamina, Desa Energi Berdikari, konservasi keanekaragaman hayati, pemberdayaan masyarakat, dan penerapan teknologi energi baru dan terbarukan. Ini adalah wujud komitmen Pertamina melalui Pertamina Foundation untuk Berkarya, Berbagi, dan Bergerak untuk kesejahteraan masyarakat, dan umur bumi lebih panjang,” kata Mulyono.
Restorasi dan rehabilitasi kawasan mangrove di Delta Mahakam ini juga mencakup aspek pemberdayaan masyarakat dan upaya sosialisasi penyadaran akan pentingnya kelestarian keanekaragaman hayati sehingga akan terbentuknya masyarakat peduli mangrove.
“Jadi kami berharap bahwa dengan restorasi ini sebagai hal peningkatan yang berbeda. Dari kegiatan ini tidak hanya sekadar menanam tetapi juga memperkaya dengan jenis-jenis mangrove untuk keberlanjutan anak cucu kita. Agar mereka cukup memahami bahwa yang kita lakukan ini sebagai bagian dan warisan untuk menghadirkan kesejahteraan dan tingkat kehidupan yang layak buat mereka ke depan,” tutup Rudianto.